Slawi – Sebanyak 11 penyuluh agama Islam dari Kabupaten Tegal turut ambil bagian dalam Sosialisasi Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) dan Pembekalan Pendamping Mustahik Produktif Periode 1 Tahun 2025, yang digelar pada Senin (19/5) di Hotel Grand Dian Slawi. Kegiatan yang diinisiasi oleh BAZNAS Jawa Tengah ini bukan sekadar agenda pelatihan, namun menjadi langkah strategis dalam membentuk ekosistem zakat yang produktif dan berkelanjutan.
Acara dibuka dengan semangat pemberdayaan oleh Ketua BAZNAS Jateng, Dr. KH. Ahmad Dahroji, yang menekankan pentingnya menjadikan mustahik sebagai pribadi yang berdaya dan mandiri. “Zakat tidak hanya untuk memberi, tetapi juga untuk menumbuhkan. Kita ingin mustahik naik kelas menjadi muzakki. Sampai hari ini, kami telah melatih lebih dari 14 ribu orang agar mandiri secara ekonomi,” tegasnya.
Kehadiran H.M. Zain Yusuf turut memperkuat pesan pemberdayaan. Ia menyampaikan bahwa pendamping mustahik bukan hanya penghubung, tetapi agen perubahan di tengah masyarakat. “Tugas kita bukan hanya memberi modal, tapi mendampingi hingga mereka tumbuh dan mampu memberi manfaat bagi yang lain,” ujarnya penuh optimisme.
Dalam sesi teknis, Solahudin, salah satu narasumber, menekankan pentingnya memilih mustahik yang memiliki semangat berwirausaha. “Pilih yang muda, punya usaha, dan berkomitmen. Kemajuan mereka harus kita dokumentasikan, termasuk lewat video sebagai bentuk akuntabilitas,” jelasnya.
Kegiatan yang berlangsung seharian ini tidak hanya memperkuat kapasitas penyuluh secara teori, tetapi juga memantik inspirasi untuk terus menghadirkan solusi nyata di lapangan. Para peserta diberikan simulasi pendampingan, studi kasus, hingga strategi komunikasi efektif dalam mendampingi mustahik.
Suasana semakin syahdu ketika kegiatan ditutup dengan doa oleh Ustadz Agus, salah satu perwakilan penyuluh Kabupaten Tegal. Doa dipanjatkan agar ikhtiar ini membawa berkah dan manfaat yang luas bagi umat.
Dengan pembekalan ini, para penyuluh agama Islam Kabupaten Tegal siap menjadi garda terdepan dalam mewujudkan transformasi sosial melalui zakat produktif. Harapannya, lahir lebih banyak kisah sukses dari mustahik yang berhasil tumbuh menjadi muzakki – dari penerima menjadi pemberi, dari tergantung menjadi mandiri.