SLAWI – Wakil Bupati Tegal, Dra Umi Azizah menilai penyelenggaraan Musabaqah Qira atil Kutub (MQK) penting dalam meningkatkan peran dan eksistensi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam untuk mencetak kader ulama, da i, muballigh, ustadz dan tokoh masyarakat di masa depan yang memiliki pemahaman komprehensif terhadap ilmu-ilmu agama Islam (diraasah al-islamiyyah) langsung dari sumber utamanya, yaitu kitab kuning atau kutub at-turats.
Hal itu dikatakan Wabup, Umi Azizah saat Pembukaan Musabaqah Qira atil Kutub Tahun 2016 tingkat Provinsi Jawa Tengah di Ponpes Ma hadut Tholabah Babakan Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Senin (28/11)
Menurut Wabup, penyelenggaraan MQK sebagai ajang kompetisi para santri pondok pesantren dalam membaca, menterjemahkan dan memahami kitab-kitab kuning tentu dapat kita lihat hasilnya disini. Akan tetapi, bagaimana muamalah keilmuan agama Islam dalam mempengaruhi kehidupan kemasyarakatan juga perlu diperhatikan.
Umi mengatakan, tantangan MQK yang sesungguhnya, bagaimana nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kitab suci Al-Quran tersebut harus terus digali, dipahami dan diamalkan sebagai muamalah untuk membimbing masyarakat kita menjadi masyarakat yang berperilaku jujur, santun, dan disiplin serta menyadarkan umat untuk berpikir optimis dan melakukan kerja-kerja produktif demi kemajuan Bangsa Indonesia dan mencapai kehidupan yang lebih bermakna. “Inilah kesempatan kita memperbaharui niat, niat beribadah kepada Allah SWT, karena yang di-musabaqah-kan ini adalah kalam Allah,” ungkapnya
Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Ponpes Kanwil Kemenag Jawa Tengah Solikhin mengemukakan, ajang MQK tidak sekadar lomba membaca kitab kuning, tapi juga merupakan ajang untuk mengkaji agama Islam dari sumber-sumber atau literatur yang berbahasa Arab.
Dalam MQK, dilombakan 21 cabang/majelis untuk tingkat ula, wustha, dan ulya. Lebih kurang ada 1.300 kafilah dalam ajang MKQ tersebut. Mereka terdiri atas para santri dan ofisial dari Kemenag,” ujarnya