Slawi — Ada nuansa berbeda di ruang pertemuan MTs Negeri 2 Tegal pada Sabtu siang, 31 Mei 2024. Tepat pukul 13.00 WIB, para guru berkumpul bukan sekadar untuk rapat biasa. Mereka duduk dalam satu forum penting yang menentukan masa depan kelas IX rapat kelulusan Tahun Pelajaran 2024/2025.
Dipandu suasana yang serius namun tetap hangat, rapat diawali dengan arahan dari Pelaksana Harian (Plh) Kepala MTs Negeri 2 Tegal, Ernawari, yang menyampaikan evaluasi pendidikan selama tiga tahun terakhir. Dalam pesannya, Ernawari tak sekadar berbicara soal angka dan nilai. Ia menyelipkan pesan moral tentang pentingnya kejujuran dan keadilan dalam menetapkan keputusan kelulusan.
“Kelulusan bukan hanya tentang nilai akademik, tetapi juga tentang bagaimana anak-anak ini tumbuh menjadi pribadi yang baik. Integritas kita sebagai pendidik sedang diuji di sini,” ujar Ernawari dengan nada tenang namun penuh makna.
Setelah sambutan, suasana berganti menjadi ruang refleksi bersama. Wali kelas satu per satu menyampaikan laporan, tidak hanya angka-angka, tetapi juga kisah-kisah kecil perjuangan siswa—tentang mereka yang pernah tertinggal tapi kemudian bangkit, tentang anak-anak yang pendiam namun rajin, tentang semangat belajar meski di tengah keterbatasan.
Tak ketinggalan, guru Bimbingan Konseling (BK) menambahkan lapisan yang lebih dalam. Laporan mereka mengangkat aspek psikologis dan karakter siswa—yang seringkali tak terlihat di balik rapor. Di sinilah rapat menjadi lebih dari sekadar diskusi akademik. Ia berubah menjadi momen kontemplasi kolektif tentang manusia dan masa depan.
Akhirnya, keputusan pun dicapai. Daftar siswa yang lulus dengan memenuhi kriteria akademik dan non-akademik disepakati bersama—bukan hanya oleh nalar, tetapi juga oleh hati nurani.
Pengumuman kelulusan akan disampaikan secara daring pada Senin, 2 Juni 2025 pukul 17.00 WIB melalui laman resmi MTs Negeri 2 Tegal. Dengan memasukkan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN), para siswa dapat mengetahui hasil dari rumah masing-masing—lebih tertib, lebih nyaman, dan tentu saja lebih bijak.
Tak berhenti sampai di situ, rapat dilanjutkan dengan koordinasi Dana Sosial (Dansos). Evaluasi dan perencanaan program sosial ke depan dilakukan dengan semangat gotong royong. Tak ada jarak antara guru dan guru, semuanya duduk setara untuk memikirkan kebaikan bersama.
Sebagai penutup, doa yang dipimpin oleh Ikhsan Fauzi mengalun khusyuk, menandai akhir dari proses yang bukan hanya administratif, tetapi juga spiritual.