SLAWI – MTs N 1 Tegal membekali siswanya kegiatan PPJ (Peragaan Pemulasaraan Jenazah) di Aula Madrasah setempat, Senin (3/4). Kegiatan tersebut dilakukan agar siswa lebih mengetahui cara yang benar terkait pemulasaraan jenazah.
Ketua Panitia Moh. Agus Nuryamin , S.Pd.I.,M.Pd menjelaskan bahwa kegiatan PPJ merupakan bagian dari kegiatan pesantren Ramadan 1444 H yang diikuti oleh semua siswa kelas 7, 8, dan 9. Materi yang diajarkan adalah tata cara memandikan, mengkafani, mensalati, dan menguburkan jenazah. Para pembimbing yang berasal dari guru Agama madrasah setempat juga turut mengedukasi siswa terkait hukum dari pemulasaraan jenazah yang fardhu kifayah. “Selain untuk mengisi kegiatan pesantren Ramadan, kami juga berharap siswa mengerti, dan memahami PPJ dan bisa praktek secara mandiri kelak dikemudian hari ,” kata Yamin (sebutan akrabnya) di akhir kegiatan.
Melalui PPJ diharapkan mampu mengedukasi siswa secara luas agar paham tentang prosedur pemulasaraan jenazah sesuai ajaran Islam. Serta diharapkan siswa lebih mandiri bila ada kerabat atau orang terdekat di lingkungan ada yang meninggal sehingga bisa mengurusnya secara pribadi. “Tidak harus menunggu dari yang benar-benar ahlinya, seperti ustaz, kiai, dan lain sebagainya, jika melihat ada yang keluarga meninggal, siswa bisa langsung melaksanakan pemulasaraan jenazah,” jelasnya. Menurutnya, hal itu diperlukan karena pemulasaraan jenazah yang baik harus dilakukan sesegera mungkin. Sehingga penting bagi siswa untuk mengetahui cara pemulasaraan jenazah. “Ini juga jadi momen untuk memperbaiki diri kita, mengingat bahwa kami tahu kapan waktu kita akan dimandikan, dikafani, disalati, dan dikuburkan,” tutupnya.
Berdasarkan pantauan di lokasi kegiatan, beberapa peserta tampak antusias mengikuti pelatihan ini. Terbukti dengan khusyuknya mereka menyimak materi demi materi yang disampaikan oleh Dra. Hj. Munawaroh dan dipandu oleh Moh. Agus Nuryamin, S.Pd.I. Ada banyak pertanyaan yang disampaikan oleh peserta terkait dengan tata cara dan tuntutan Pemulasaraan Jenazah. Bahkan, salah satu peserta mengharapkan agar pelatihan lanjutan bisa diadakan lagi mengingat kurangnya waktu, banyaknya materi, serta menilik dari tingkat kepentingan yang dipandang urgen. (IN/by)