Bojong – Dari tangan-tangan kreatif warga MTs Negeri 4 Tegal, lahirlah untaian kata yang tidak hanya indah dibaca, tetapi juga sarat makna spiritual. Dalam rangka Kolaborasi Literasi Penulisan Puisi dan Quotes yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Kabupaten Tegal, satuan kerja MTs Negeri 4 Tegal berhasil menyelesaikan dan menyerahkan karya-karya terbaiknya tepat waktu sebuah bukti dedikasi dalam mengembangkan budaya literasi madrasah.
Mengangkat tema Ramadan, karya-karya ini bukan hanya berasal dari peserta didik, tetapi juga diciptakan secara kolaboratif oleh dewan guru dan staf karyawan madrasah. Inilah literasi yang hidup tidak berhenti di ruang kelas, tetapi tumbuh dalam keseharian dan kebersamaan seluruh elemen madrasah.
Lebih dari sekadar menulis, proses kreatif ini melibatkan tiga fase penting: prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Setiap fase menjadi ruang refleksi dan eksplorasi, di mana para penulis belajar menyelami makna, membentuk diksi, dan menyempurnakan karya. Tentu, menulis puisi dan quotes bukan pekerjaan sepele. Ia memerlukan kepekaan rasa, ketajaman berpikir, serta kemampuan mengolah bahasa agar setiap baris mengandung kekuatan pesan yang utuh.
Sebagaimana diungkapkan dalam kegiatan tersebut, menulis puisi sejatinya adalah seni menyampaikan rasa secara imajinatif. Ia terikat oleh rima, ritme, serta struktur batin dan fisik yang membentuk satu kesatuan estetika. Maka, setiap karya yang lahir bukan sekadar tulisan melainkan wujud ekspresi batin yang menggambarkan kedalaman pengalaman Ramadan masing-masing penulis.
Kegiatan ini juga menjadi salah satu bentuk upaya nyata dalam meningkatkan mutu pembelajaran menulis kreatif di lingkungan madrasah. Dengan pendekatan proses yang adaptif dan kontekstual, siswa diajak untuk tidak hanya belajar menulis, tapi juga berpikir, merasakan, dan menuangkan gagasan secara estetis. Literasi pun tidak lagi terasa sebagai beban kurikulum, melainkan sebagai ruang ekspresi yang menyenangkan dan bermakna.
Keikutsertaan MTs Negeri 4 Tegal dalam program kolaboratif ini menunjukkan bahwa madrasah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga rumah kreativitas dan laboratorium sastra yang dinamis.
Dengan semangat literasi yang terus menyala, semoga karya-karya ini menjadi inspirasi tak hanya bagi yang membacanya, tetapi juga bagi seluruh madrasah lain untuk terus menumbuhkan budaya menulis yang kuat, bermutu, dan berdampak.