Pemalang – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah hadir sekaligus membuka secara resmi Workshop Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta yang diselenggarakan oleh Forum Silaturahmi Kepala Madrasah (Forsilkam) se-Eks Karesidenan Pekalongan. Kegiatan ini digelar di Aula Regina, Kabupaten Pemalang, pada Jumat (15/8/2025), dengan diikuti oleh ratusan guru madrasah dari berbagai jenjang pendidikan.
Workshop tersebut menjadi momentum penting dalam upaya memperkuat pemahaman serta implementasi nilai-nilai cinta dalam dunia pendidikan Islam. Dengan semangat kebersamaan, para peserta diajak menggali strategi baru untuk mengintegrasikan pendekatan berbasis cinta ke dalam proses pembelajaran, sehingga madrasah mampu mencetak generasi yang cerdas, berkarakter, sekaligus penuh kasih sayang.
Dalam pemaparannya, perwakilan Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah, Bapak Juair, menegaskan bahwa cinta merupakan modal utama dalam pendidikan.
“Cinta adalah modal utama dalam pendidikan. Guru harus mampu menjadi sumber inspirasi dan penggerak, menyampaikan pelajaran dengan cinta, serta menciptakan ruang kelas yang penuh kasih sayang. Dengan cinta, proses pembelajaran tidak hanya akan menyentuh aspek kognitif, tetapi juga membangun karakter dan spiritualitas peserta didik,” ujarnya.
Pernyataan tersebut mendapat respons positif dari peserta yang hadir. Mereka menilai pendekatan berbasis cinta sangat relevan dengan kebutuhan pendidikan modern, di mana siswa tidak hanya dituntut untuk pintar secara akademik, tetapi juga memiliki kepribadian yang berakhlak mulia.
Sementara itu, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah dalam sambutannya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Forsilkam atas inisiatif penyelenggaraan workshop tersebut. Ia menekankan bahwa kurikulum berbasis cinta merupakan langkah strategis yang sejalan dengan visi Kementerian Agama dalam membangun pendidikan yang humanis, moderat, dan berorientasi pada kemajuan zaman.
“Workshop ini adalah langkah nyata dalam mensosialisasikan dan memperkuat implementasi kurikulum yang lebih relevan dengan tantangan era sekarang. Pendidikan berbasis cinta akan menjadikan guru sebagai teladan, madrasah sebagai ruang belajar yang menyenangkan, dan siswa sebagai generasi yang siap menghadapi perubahan dengan hati yang kuat,” ungkapnya.
Sebagai narasumber utama, hadir Dr. Amelia dari Salatiga, Jawa Tengah, yang memaparkan konsep mendalam tentang bagaimana nilai-nilai cinta dapat diimplementasikan dalam kurikulum madrasah. Menurutnya, cinta dalam pendidikan bukan sekadar romantisme, melainkan energi transformatif yang dapat mengubah cara guru mengajar, cara siswa belajar, serta cara institusi pendidikan membangun ekosistemnya.
Kegiatan yang berlangsung dengan penuh semangat ini diharapkan mampu memperkuat kompetensi para guru madrasah dalam menghadirkan suasana belajar yang inklusif, menyenangkan, dan bermakna. Melalui penguatan kurikulum berbasis cinta, diharapkan madrasah dapat semakin berperan sebagai pusat pendidikan yang tidak hanya melahirkan generasi berprestasi, tetapi juga generasi yang penuh empati dan kasih sayang.
Forsilkam berkomitmen untuk terus melanjutkan program-program penguatan kompetensi guru secara berkelanjutan, agar kurikulum berbasis cinta benar-benar dapat diimplementasikan secara nyata di ruang-ruang kelas madrasah di seluruh Jawa Tengah.