Pendidikan adalah proses mendidik, membimbing, mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik dalam membangun mimpi-mimpinya. A dream comes of true, mimpi mengejar cita- citanya. Dan ini harus terus menerus dibangun dan digerakkan ke anak bangsa dalam proses pendidikannya.
Harus ke arah mana tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Keterkaitan hati dengan peserta didik adalah hal yang sangat krusial, penting dan perlu di garis bawahi selain untuk pendekatan mental, fisik dan psikis, rohani dan jasmani sebagai pemicu semangat dan faktor psikologis peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran baik di rumah ataupun di sekolah tempat belajar.
Sebagaimana mengajar, mendidik, bergerak dengan hati adalah menterjemahkan sebuah rasa yang di hadapi, dihadirkan dalam diri seorang pendidik dengan peserta didik dan apa yang terlibat, terkondisikan di dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Hati adalah faktor terpenting dan di sana terdeteksi ukuran takaran aturan perasaan seorang pendidik terhadap peserta didiknya untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dan untuk memahami sebuah prosesnya ketika peserta didik berada di rumah dan di sekolah. Bergerak dengan hati, haruslah disertai dengan kesabaran dan keikhlasan. Pendidik akan terus berproses dalam membimbing dan mendidik, karena ada suka ketika melihat keberhasilan dan akan sedih ketika gagal dalam mendidiknya.
Ikhlas merupakan sikap yang harus dimiliki guru, karena ikhlas sepertinya mudah diucapkan namun banyak orang yang kesulitan menerapkannya dalam kehidupan. Hal ini berkaitan dengan setiap manusia yang memiliki penyakit hati yang menyulitkan diri untuk bersikap ikhlas. Namun, bagi orang yang bertakwa ikhlas tidak akan sulit untuk menerapkannya. Demikian dengan seorang guru, ketika dapat mendidik dengan hati yang ikhlas tertata pola pikirnya, peserta didik dapat dibimbing dan dididiknya dengan baik.
Menghadapi pandemi yang belum berakhir hingga kini, menjadi tantangan seorang guru bergerak menginovasi diri dalam proses pembelajaran yang masih daring (dalam jaringan) maupun PTM (pembelajaran tatap muka) terbatas. Ada yang berinovasi dengan hybrid learning dan ada pula yang blended learning sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.
Pembelajaran daring merupakan hal luar biasa sehingga memberikan tantangan tersendiri bagi guru sebagai pengelola pembelajaran. Sebagai pelaksana proses dalam pembelajaran, guru berperan aktif menciptakan iklim belajar yang aktif, menarik dan menyenangkan bagi peserta didik bagaimanapun upaya pembelajarannya. Sebelum pandemi, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menciptakan iklim belajar yang menyenangkan di dalam kelas di antaranya dengan menggunakan strategi dan media pembelajaran yang memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik.
Tapi praktik pembelajaran daring lebih menantang karena tidak luput dari berbagai kendala, persoalan sinyal dan hambatan jaringan mengingat guru tidak dapat bertemu secara langsung dengan peserta didik di dalam kelas. Perlmnelajaran berlangsung bisa dimana saja, tetapi harus ada proses pembelajaran yang asik dan menarik untuk mengantisipasinya. Bisa diambil contoh, ketika kita cermati pendidikan dilakukan melalui hybrid learning, secara bersamaan belajar tetapi berbeda tempat. Peserta didik yang berada di kelas tentu saja antusias mengikuti pembelajaran, jika guru pun asik cara menyampaikan dan membimbingnya. Interaksi belajar mengajar dengan waktu yang terbatas tidaklah menjadi kendala bagi guru yang terus berinovasi diri. Menciptakan suasana belajar yang seru dan aktif bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru, membuat kelas hidup dan peserta didik belajar nyaman tanpa terasa. Menemukan banyak masalah dan memecahkan persoalan menjadi cara mudah belajar dengan hybrid learning. Terutama peserta didik yang dalam jaringan(daring) guru harus mempunyai tingkat konsentrasi tinggi untuk proses belajarnya. Karena apa? Terkadang guru hanya fokus yang di kelas PTM terbatas dan lupa yang di google meet atau zoom meeting dalam jaringan.
Nah, untuk menghadapi ini semua sekali lagi inovasi dan kreativitas mengajar sangat dituntut untuk menjadikan pembelajaran keduanya tetap hidup dan tidak membosankan. Guru dengan kolaborasi yang baik ke peserta didik, dan orang tua dapat mengatasi masalah dalam mengadaptasi metode hybrid learning pada saat pandemi. Penerapan metode ini dalam pembelajaran di kelas dan dalam jaringan menuntut guru untuk kreatif dalam menyediakan platform pembelajaran berupa media sosial di link YouTube, tik tok, helo, snack video, instagram, video pembelajaran atau powerpoint dan berdiskusi di whatsapp grup. Keaktifan peserta didik di google meet ataupun zoom meeting dan orang tua yang konsen mendampingi mereka selama pembelajaran online, sangat membantu kemajuan pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi maupun yang telah melaksanakan PTM terbatas.
Sekali lagi dengan kerjasama semua pihak terlebih kuncinya pada diri guru sebagai motor penggerak pendidikan harus berjuang keras bersama, pulihkan pendidikan dengan belajar asik dan menyenangkan. Bergerak dengan hati, menata pendidikan berjalan dengan baik, mendidik sepenuh jiwa menghadirkan olah pikir dan olah rasa mencerdaskan anak bangsa yang menjadi tanggung jawab kita semua.
Selamat Hari Guru Nasional.
Rahmi Ifada, M.Pd.I
Bendahara DPP AGPAII