Slawi__Rapat Koordinasi Pelaksanaan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) yang diselenggarakan di Aula Al Ikhlas Kankemenag Kab. Tegal. Selasai, 18/10/2016. Hadir pada acara ini adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tegal H. Ahmad Ubaidi, Kyai Syamsul Arifin ketua Foruk Komunikasi Pondok Pesantren Kasi PD Pontren H. Mujahidin Nurburhan dan seluruh peserta dari utusuan pondok pesantren di Kabupaten Tegal.
Acara ini diselenggarakan di dalam rangka menjaring santri-santriwati yang akan mewakili Kabupaten Tegal menjelang MQK Tingkat Propinsi Jawa Tengah yang bertempat di PP Mahadut Tholabah Babakan-Jatimulya Kabupaten Tegal, 28-30 November 2016.
Di dalam sambutannya, Kepala Kantor mengatakan Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Didalam perjalanannya pondok pesantren mulai terpinggirkan menjadi pendidikan nomor dua ataupun informal. Terkalahkan oleh pendidikan formal. Namun demikian, membaca trend pesantren dewasa ini, maka anggapan tersebut tidaklah benar. Pesantren sudah berkembang sedemikian jauh dengan mengadopsi berbagai perubahan sosial dan modernitas itu. Sudah banyak pesantren yang berbasis IT, pesantren berbasis kewirausahaan, pesantren berbasis pengembangan lingkungan, dan sebagainya.
Bagi saya, program MQK adalah salah satu instrumen untuk mendorong dan meningkatkan kecintaan para santri kepada kitab-kitab rujukan berbahasa arab(kutub at-turats), serta meningkatkan kemampuan santri dalam melakukan kajian dan pendalaman ilmu-ilmu agama Islam dari sumber kitab-kitab berbahasa arab. Untuk menjalin silahturahmi antar pondok pesantrendaam rangka terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa. Mingkatkan peran pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dalam mencetak kader ulama dan tokoh masyarakat di masa depan.: kata Ahmad Ubaidi.
Dalam kegiatan ini Ketua FKPP kab. Tegal mengatakan bahwa tujuan diselenggarakan pertemuan ini guna membahas hal-hal apa saja yang akan menjadi pedoman pelaksanaan (Musabaqah Qira’atil Qutub (MQK).
“Penyusunan Pedoman pelaksanaan MQK kita diskusikan ditempat ini, sehingga hasil kesepakatan menjadi pedoman bagi para calon peserta MQK, pedoman bagi pejabat ataupun instansi terkait, juga bagi dewan hakim agar diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan aturan dan kaidah yang telah ditentukan” Kata Kyai Syamsul. (maman).
)TingkatKabupaten Tegal. di dalam kerangka untuk menjawab terhadap kelangkaan ulama. Melalui program ini, maka penguasaan kitab kuning sebagai persyaratan utama untuk menjadi ulama akan terwujud. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu di antara persyaratan utama kompetensi kekyaian atau keulamaan adalah pemahaman dan penguasaan terhadap kitab kuning. Tentu masih ada sejumlah variabel kompetensi, misalnya kepemimpinan, relasi sosial, kemampuan mengajar dan sebagainya.
Pesantren dengan doktrin utamanya, “melestarikan nilai lama yang baik dan mengembangkan nilai baru yang lebih bermanfaat” ternyata survive di dalam perjalanannya. Pesantren tetap melestarikan program lama yang memang menjadi legacy sejarah peradaban Islam, dan terus berupaya melakukan inovasi untuk pengembangan pesantren dan masyarakat di masa depan. Kita sungguh mengapresiasi terhadap dunia pesantren yang selalu siap menjadi garda depan pengembangan pendidikan, kemasyarakatan dan modernitas tersebut.
Ketiga, penjaga NKRI. Di antara sekian banyak peran pesantren yang menonjol sebagai ciri khasnya adalah bagaimana pesantren terus menjadi avant garde bagi elan vital kebangsaan. Pesantren ternyata memerankan fungsi yang sangat mendasar bagi nusa dan bangsa. Semenjak prakemerdekaan sampai sekarang, pesantren tetap berada di dalam jalurnya mengembangkan Islam yang rahmah. Islam yang memberikan keselamatan bagi siapapun di dunia ini. Tidak hanya keselamatan orang seiman akan tetapi juga mereka yang imannya lain dan berbeda.
Pesantren telah menjadi penyangga bagi pendidikan karakter bangsa. Melalui pesantren dididik agar santri mencintai Negara dan bangsanya. Mencintai Negara dan bangsanya adalah sebagian dari iman.
Itulah sebabnya kita tetap berharap di tengah isu tentang Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan isu radikalisme lainnya, maka pesantren dengan watak dasarnya sebagai pengembang Islam rahmatan lil alamin tentu tidak akan bergeser sedikitpun. Para kyai dan ulama adalah orang yang begitu konsern terhadap kesatuan dan persatuan bangsa dengan meletakkan Islam dalam bingkai keindonesiaan.
Dengan peran seperti ini, maka kita akan merasa tenang sebab pilar penting di dalam pendidikan untuk generasi yang akan datang ternyata diisi oleh orang yang tepat. Generasi emas Indonesia tidak akan kehilangan momentumnya melalui pendidikan pesantren. Kita akan bisa menyaksikan di era Indonesia, ternyata diisi oleh genarasi terbaik bangsa ini yang berasal dari pesantren.
Di dalam acara MQK juga diselenggarakan Internasional Conference of Pesantren Studies, yang rencanaya akan diikuti oleh beberapa pakar dari luar negeri dan juga pengamat pesantren luar dan dalam negeri. Ke depan memang kita harus mengirimkan kyai-kyai kita untuk mendeseminasi pesantren di pusat-pusat kebudayaan dunia di luar negeri. Dan saya kira hal itu adalah keniscyaan dalam 10-20 tahun ke depan.