Bojong – Nuansa tradisional begitu kental terasa setiap tanggal 22 di lingkungan instansi Kementerian Agama Kabupaten Tegal, termasuk di MTs Negeri 4 Tegal. Pada hari ini Rabu (22/1), seluruh guru dan karyawan mengenakan sarung goyor sebagai bagian dari seragam resmi mereka. Sarung goyor, kain tradisional khas Tegal, tidak hanya mempercantik penampilan tetapi juga menjadi simbol pelestarian budaya lokal.
Sarung goyor memiliki filosofi mendalam, mencerminkan kelembutan dan kehalusan dalam setiap helainya. Nama “goyor” berasal dari bahasa Jawa yang berarti lembek, menggambarkan tekstur kain yang lentur dan halus. Keunggulan sarung ini tak hanya pada kenyamanannya, tetapi juga pada keunikan motifnya seperti kembangan, prilikan, dan nanasan. Motif-motif ini tak sekadar estetis, tetapi juga menyimpan makna filosofis yang berkaitan dengan alam, kehidupan, dan nilai-nilai luhur masyarakat.
Kepala MTs Negeri 4 Tegal menyampaikan bahwa penggunaan sarung goyor ini merupakan upaya nyata untuk melestarikan warisan budaya lokal. “Selain menunjukkan kebanggaan terhadap identitas daerah, ini juga menjadi sarana edukasi bagi siswa tentang pentingnya mencintai dan menjaga warisan budaya,” ujarnya. Penggunaan sarung goyor juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi produk lokal, mendukung pelaku usaha tradisional, dan menjaga tradisi santri yang menjadi salah satu ciri khas pendidikan berbasis agama.
Sarung goyor dikenal serbaguna dan cocok digunakan di berbagai suasana, baik formal, kasual, maupun ibadah. Selain itu, kain ini juga beradaptasi dengan baik terhadap berbagai musim. Teksturnya yang lembut memberikan kehangatan saat musim hujan, sementara sifatnya yang sejuk memberikan kenyamanan di musim panas. Dengan demikian, sarung ini menjadi simbol fleksibilitas dan harmoni dengan alam, sesuai dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat tradisional.
Antusiasme terhadap tradisi ini terlihat jelas dari tanggapan para guru dan siswa. Salah satu guru menyebut bahwa penggunaan sarung goyor tidak hanya nyaman tetapi juga membangkitkan rasa bangga terhadap budaya lokal. Seorang siswa kelas IX menambahkan, “Sarung ini mengajarkan kami untuk menghargai tradisi, sekaligus memberikan inspirasi agar budaya daerah tetap hidup dan relevan di zaman modern.” Dengan langkah ini, MTs Negeri 4 Tegal membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya membentuk generasi cerdas, tetapi juga generasi yang mencintai dan menghormati akar budayanya.