Slawi – Kegiatan Penguatan Moderasi Beragama Berbasis Majelis Taklim berlangsung sukses di Gedung Serba Guna Muslimat NU Kab.Tegal, pada Sabtu pagi (14/12). Acara ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai majelis taklim di Kabupaten Tegal dengan tujuan memperkuat pemahaman moderasi beragama sebagai fondasi membangun kehidupan masyarakat yang damai dan harmonis.
Mengawali sesi, Dra. Hj. Umi Azizah, narasumber pertama, menyampaikan materi bertema “Agama dan Bina Damai.” Dalam paparannya, ia menegaskan pentingnya peran agama sebagai jembatan perdamaian. “Agama seharusnya menjadi sumber harmoni, bukan konflik. Kita harus menjadikan ajaran agama sebagai panduan untuk saling menghormati dan hidup berdampingan,” tuturnya.
Selanjutnya, H. Kokabudin, M.Pd., Kasi Bimas Islam Kankemenag Kabupaten Tegal, membawakan materi bertema “Moderasi Beragama Berbasis Majelis Taklim.” Ia menyoroti peran strategis majelis taklim dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi. “Majelis taklim adalah pusat pembelajaran agama yang ideal untuk menanamkan keseimbangan antara akidah, ibadah, dan kehidupan sosial. Melalui moderasi beragama, masyarakat dapat hidup berdampingan tanpa memandang latar belakang agama atau kepercayaan,” jelasnya.
Acara semakin menarik dengan sesi ketiga yang dibawakan oleh Hj. Faiqoh, S.Ag., M.H., dengan tema “Keberagaman yang Moderat.” Ia mengajak para peserta untuk menjaga keberagaman sebagai anugerah yang harus dirawat bersama. “Sikap moderat adalah kunci agar kita tetap bisa menghormati perbedaan. Hindari ekstremisme dalam berpikir dan bertindak, baik itu dalam agama maupun kehidupan sosial,” pesan Hj. Faiqoh.
Antusiasme peserta terlihat selama sesi diskusi, di mana banyak pertanyaan yang diajukan terkait penerapan nilai moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa peserta mengaku mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya sikap toleransi, terutama dalam kehidupan bermasyarakat yang beragam.
Ketua panitia, Nur Hasanah, S.Pd.I., menyampaikan apresiasinya atas keberhasilan acara ini. Ia menegaskan bahwa kegiatan serupa akan terus digelar secara berkala. “Kami ingin menjadikan majelis taklim sebagai pusat pembelajaran agama yang inklusif dan ramah terhadap tantangan zaman,” ungkapnya.
Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh salah satu tokoh agama setempat. Para peserta berharap nilai-nilai moderasi beragama dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata peran strategis majelis taklim dalam membangun masyarakat yang harmonis, damai, dan saling menghormati. Dengan semangat yang sama, Kabupaten Tegal optimis mampu menjadi teladan dalam mewujudkan kehidupan beragama yang moderat dan inklusif.